Daripada Nonton TV, Mending Ikutan Tes Toefl Jakarta Aja


Daripada Nonton TV, Mending Ikutan Tes Toefl Jakarta Aja

Saya sangat jarang menonton TV. Kesempatan saya menon ton TV adalah ketika sedang mengantre dan ada TV yang ter pasang di ruang tunggu. Siarannya tergantung pada dana yang dialokasikan untuk menunjang sarana hiburan di tem— pat itu. Isinya pun bisa TV lokal atau TV berlangganan. Ketika menonton TV di rumah, saya lebih sering memilih kanal TV berlangganan dibandingkan kanal TV lokal.

Berbanding terbalik Menurut sistem rating Nielsen, ada 5 kelompok masyarakat penonton TV (A B C D dan E) yang dibedakan berdasarkan jumlah pengeluaran bulanannya. Kelompok A1 pengeluarannya lebih dari Rp3,5 juta, A2 Rp2,5 juta – 3,5 juta, B Rp1,75 juta – 2,5 juta, C1 Rp1,25 juta – 1,75 juta, C2 Rp900 ribu – 1,25 juta, D Rp600 ribu – 900 ribu, dan E pengeluarannya kurang dari Rp600 ribu. Wajar kalau kelompok yang paling banyak di-sampling adalah kelompok CDE, karena selain merupakan mayoritas di Indonesia, kelompok ini juga kecil kemungkinan mengeluarkan uang untuk mencari hiburan lain seperti menonton ke bioskop.

Umumnya, mereka merasa cukup dengan siaran TV lokal yang bisa dinikmati tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Kelompok CDE yang sering disurvei ini didominasi oleh wanita dan anak-anak, yang memang lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Wajar jika rating tinggi diraih sinetron dan program hiburan lain yang kualitasnya sering berbanding terbalik dengan rating acara tersebut. Menunggu generasi Internet Masyarakat yang ingin menghindari sinetron dan acara TV lainnya yang berkualitas rendah memilih TV berlangganan. Pasar potensial TV berlangganan di Indonesia tidak mudah ditembus karena mayoritas penduduk memilih siaran TV free to air (FTA) yang bisa langsung dinikmati tanpa perlu biaya berlangganan.

Indovision, penyedia layanan TV berlangganan pertama di Indonesia, selama 20 tahun beroperasi baru meraih sekitar 2 juta pelanggan. Jika 1 televisi diasumsikan ditonton 5 anggota keluarga, Indovision baru meraih 10 juta pemirsa. Di Korea Selatan yang berpenduduk 50 juta jiwa, penyelenggara TV berlangganan Skylife memiliki sekitar 2 juta pelanggan. Skylife praktis menguasai seluruh penonton jika berasumsi 1 televisi ditonton oleh 5 anggota keluarga. Jaringan LTE yang tersebar merata juga memungkinkan mereka menikmati siaran TV melalui layar sekunder (selain layar pesawat TV) seperti smartphone dan tablet. Acara alternatif sinetron seperti talkshow rasanya masih belum cukup, karena masih banyak talkshow yang ditunggangi kepentingan para pemilik stasiun TV. Inilah yang membuat saya berlanggan Telkomvision yang menggunakan satelit dan Nexmedia yang menggunakan jaringan terestrial DVB-T. Karena selain mendapatkan alternatif siaran TV lokal, saya juga menginginkan kualitas gambar prima untuk TV layar besar yang sulit didapatkan dari siaran TV lokal yang masih analog.

Tampaknya, saya masih harus menunggu generasi Internet untuk menggantikan generasi sekarang yang masih kecanduan sinetron untuk bisa mengubah kualitas tayangan TV lokal


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *